Bismillaah…..
1. Salah satu tugas pengasuhan adalah membuat ikatan emosi yang kuat antara ortu dan anak yang dikenal dengan istilah emotional bonding
2. Ikatan emosi atau batin ini berpengaruh bagi anak dalam menjalani masa-masa sulit semasa hidup sekalipun tak ada ortu di sisi
3. Tak selamanya ortu mendampingi hidup anak. Ia harus tumbuh mandiri dengan potensinya. Emotional bonding yang kuat terhadap ortu sebagai pengarah
4. Setidaknya ada beberapa masa kehidupan dalam diri anak dimana ia alami krisis : pra sekolah, pra puber, pubertas, pra nikah dan nikah
5. Di masa-masa tersebutlah ia butuh bimbingan dan arahan. Maka meski tak ada ortu di sisi, nasehat-nasehat dan teladan ortu tetap dijaga selama masih ada ikatan batin
6. Hal ini lah yang dialami oleh Nabi Yusuf muda saat terpesona dengan kecantikan zulaikha dan diajak berbuat mesum. Ia punya hasrat
7. Hasratnya hampir saja menjerumuskannya seandainya Allah tak berikan ‘pertanda’. Seperti yang terdapat dalam surat Yusuf : 24. Silahkan dibaca
‘Pertanda’ yang dimaksud adalah nasehat ayahnya yang tiba-tiba muncul saat ia hampir saja terpedaya oleh nafsunya. Ini kata ibnu katsir
9. Bayangkan! Nabi yusuf yang terpisah jauh oleh ayahnya, terjaga diri dari bujukan setan. Tak jadi berbuat zina. Tersebab ikatan batin dengan ayahnya
10. Itu pula yang diharapkan dari anak kita. Jauh terpisah namun menjaga kehormatan keluarga karena nasehat indah ortu yang tertanam dalam jiwa
11. Saat krisis jiwa melanda, tak kemana-mana cari solusi. Yakin ada ortu yang siap membantu cari jalan keluar. Percaya sepenuhnya
12. Seorang wanita yang sedang konflik dengan suaminya, akan curhat ke ayahnya. Bukan ke lelaki lain. Rumah tangga terselamatkan. Sebab ada father bonding
13. Anak yang tak punya emotional bonding maka tak percaya dengan ortunya. Lebih dengar kata temannya sekalipun buruk
14. Bagaimana menciptakan emotional bonding dengan anak? Usia dini jangan diabaikan. Bermula dari bayi dalam kandungan. Ayah bunda terlibat bersama
15. Saat bayi dalam kandungan, jadikan suara ayah-bunda nya yang lebih banyak didengar. Ajak ia bicara sambil mengusap perut bunda
16. Saat anak lahir, sambutlah anak dalam pelukan yang hangat. Hadapkan wajah kita ke hadapannya. agar perlahan di scan dalam memorinya
17. Usia 0-2 tahun adalah fase pengikatan. Disinilah fase dimana ayah-bunda harus jadi aktor utama dalam pengasuhan. Bukan yang lain
18. Di fase inilah Allah perintahkan ibu untuk memberinya ASI. Yang bukan sekedar susunya, namun juga belaian yang dibutuhkan anak
19. Betapa banyak ibu yang lebih sering menitipkan ASI nya pada botol. Tak memberinya langsung dari puting. Sehingga anak sehat namun jiwanya kosong
20. Fase ini juga seorang ayah harus banyak terlibat mengasuh. Luangkan waktu tuk ganti pampers, gendong anak sambil cerita, bacakan quran, dll
21. Dalam usia 0-2 tahun jangan terburu-buru kenalkan anak pada media meskipun isinya bagus. Sebab emosi belum terikat sepenuhnya
22. Jika ingin ajarkan anak tentang quran, jangan dari kaset. Akan lebih elok jika ortunya yang menyuarakan sekalipun belum fasih. Agar tercipta ikatan batin
23. Sekalipun ada pengasuh lain, peran mereka hanya membantu. Bukan tokoh sentral. Agar ikatan yang terjalin bukan kepada mereka namun kepada ortunya
24. Keluarkan segala energi: suara, bahasa tubuh, dan ekspresi muka agar terekam kuat dalam memori anak. Inilah yang menjadi dasar munculnya ikatan hati
25. Bagaimana jika anak sudah melewati usia 2 tahun sementara kita terlambat melakukan upaya emotional bonding ?
26. Jika anak sudah melewati usia 2 tahun, bisakah kita ciptakan emotional bonding dengannya? Masih sangat bisa. Asal kita bisa membaca golden moment
27. Golden moment ini adalah situasi dimana anak benar-benar butuh hadirnya kita. Bisa tanpa sengaja atau juga kita rekayasa
28. Golden moment yang dimaksud minimal ada dua : yakni saat anak sedih dan saat anak unjuk prestasi. Hadirlah dengan sungguh-sungguh di dua waktu ini
29. Saat anak sedih, ia butuh sandaran jiwa. Butuh ada yang memeluk dan dengarkan curhatnya. Hadirlah segera. Jangan sampai orang lain yang ambil alih
30. Tak pekanya ortu saat anak sedih malah buat ikatan hati makin rapuh. Kepercayaan menurun. Anak lari kepada sosok lain
31. Dan hadirlah saat anak unjuk prestasi : baca puisi di sekolah, ambil raport, menari, dan sejenisnya. Ini adalah persembahan untuk ortu dari anak
32. Saat unjuk prestasi, yang anak butuhkan adalah tepuk tangan dan apresiasi ortunya. Jika ortu tak hadir, rusaklah kepercayaan anak
33. Kehadiran ortu dalam kegiatan mereka adalah pengakuan eksistensi anak. Ortu yang cerdas, akan paksakan diri tuk hadir. Demi tercipta emotional bonding
34. Semoga kita bisa menjadi ortu yang mampu jalin emotional bonding dengan anak kita. Agar anak terdampingi selamanya meski kita tiada.
__________________________
[ Ustadz Bendri Jaisyurrahman ]